Jumat, 09 Desember 2016

Rindu ini jelas sangat menyakitkan

Dentingan bunyi alarm handphone membangunkan seisi rumah. Mimpi yang belum sempat ku cerna akhirnya perlahan terlupakan seiring meningkatnya fokus akan dunia nyata. Bayangannya yang sedari tadi mengisi mulai tersamarkan. Ku duduk diam, sedikit merenungi dan mencoba mengingat kembali. Mimpi tadi seolah nyata, saat ku genggam tangannya, saat kepala ku bersandar dibahunya, dan saat sang mata saling berpautan. Dari dulu hingga kini yang ku yakini hanya satu bahwa aku tetap merindukannya yang jauh.

Terdengar jelas bunyi hujan yang jatuh perlahan ke tanah. Dingin menyusuk memaksa tubuhku kembali merebah. Ku menghela nafas panjang, seakan beban menghinggap didada ku hingga sesak. Rindu ini jelas sangat menyakitkan. Seakan ku ingin berlari mengejar tapi tak bisa digapai. Dia hampa. Dia hanya bayangan fatamorgana yang selalu hadir tanpa bisa didekap. Kekasihku, tahukah engkau seberapa besar rindu ini membelengguh?

"Selamat pagi kamu yang jauh. Bersabarlah...ini untuk ku, untuk mu, untuk kita"
Pesan pembuka hari ini yang sungguh memberikan energi ekstra. Lemahku berubah haru. Keyakinan ku akan temu kadarnya meluas per sekian menit hingga detik. Jatuh cinta padanya adalah kesalahan paling fatal yang pernah ku lakukan. Jarak adalah resiko akan jatuh cinta tersebut. Menjaga hati adalah kewajiban sejati dan memilikinya adalah hak yang paling hakiki. Merindukannya adalah cara tuhan agar aku dan dia bisa menghargai artinya pertemuan, meminimalisir adanya perdebatan, dan mengabadikan kesetiaan.

Sangat sulit bagi ku untuk menolak jatuh cinta padanya. Karena bisikan cintanya menghentikan detak jantungku, karena senyumannya seindah senja di ujung kota, karena pelukannya sehangat coffee late dengan asap mengepul diujung bibir, dan sorot matanya yang mengatakan aku harus setia menunggu hingga genggaman tangan kembali dipertemukan. Dan kebahagiaan nyata yang sepenuhnya ku impikan..

Ku menantikan kabarnya setiap waktu. Ku menunggu malam hari agar bisa mendengar suara, agar bisa bertatap muka walau hanya di telfon saja. Tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merindukannya yang semakin hari semakin menyesakkan dada. Meskipun saat itu berada jauh darinya, namun ku rasakan suara dan nafasnya selalu didekatku, Dia tak mungkin tak menyadari dan tak memahami beban yang ku pikul sendiri disini. Tapi lewat tulisan ini, aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan

Dari Kekasihmu yang jauh