Aku masih duduk manis diatas vespa kesayanganmu sambil membaca buku-buku
rohani yang kamu rekomendasikan kepadaku. Mata ku terpaku, otakku bergerak
cepat dan sangat ber antusias melahap setiap padanan kata. Aku rasa , aku
begitu tertarik dengan buku yang menjadi pedoman hidupmu itu. Ntah sejak kapan,
mungkin sejak kamu memasuki hidupku dan aku memasuki hidupmu. Kamu menjadi
nasrani ku yang tahu banyak tentang agama ku, sama juga seperti aku terhadapmu.
Beberapa menit kemudian kamu keluar bersama seorang lelaki tua yang
mengenakan baju warna putih. Aku tahu dan sangat mengenal pastur mu walaupun untuk
menyapanya pun aku sungkan. Mungkin dia juga begitu , sangat mengenalku yang selalu
menemanimu berdoa dan melipat tangan kepada Tuhan-mu. Begitu banyak hal yang
kalian perbincangan kan hingga sesampainya diluar gereja pun kalian masih saling
berbicara. Aku mengangguk kepadanya dengan senyum sumringah. Dia membalasnya lalu
pergi berlalu dan menghilang. Kamu menghampiriku sambil tertawa kecil, lalu
berbisik "aku cinta kamu, terima kasih atas kesetiaanmu menemaniku".
Pipiku memerah, lalu kamu usap kepala ku dengan tanganmu yang lembut.
Tanganmu memakaikan ku helm yang senantiasa kamu pakai untuk menembus
cakrawala Jakarta. Lalu kamu menghidupkan vespa yang menjadi alat transportasi
kita untuk berbagi cerita. Tanganku ku eratkan dipinggang mu , tapi perlahan
kamu lepaskan, lalu bertanya "kamu sedang puasa kan ?" dan aku
tersenyum sambil melepaskan peganganku. Kamu mulai bercerita dengan kegiatan mu
tadi digereja. Kamu bilang, kamu sudah menyampaikan beberapa proposal kepada
Tuhan dan berharap semoga Tuhan memberikan jalan yang terbaik bagi kita. Lalu
dengan keingintahuan ku, aku bertanya "doa apakah itu ?". Dan kamu menjawab
dengan lembut "didalam doa ku ada namamu". Aku tertegun, bagiku itu
kata-kata paling luar biasa yang keluar dari mulutmu sejak pertama kita bertemu.
Vespa mu melewati jalan raya yang berdebu dan berhenti disebuah taman yang
sangat familiar. Kamu membuka helm dan kembali membelai rambutku. Kita duduk
dan mengobrol banyak disitu. Aku bercerita tentang ketertarikan ku dengan
buku-buku rohani mu. Kamu tersenyum, lalu melanjutkan cerita mu yang juga suka
dengan buku-buku islami ku. Yaaaaaah perbincangan kita berlalu dengan cepat
sampai akhirnya seorang wanita paruh baya menghampiri kita. "Kamu dengan
siapa kesini ?". Kamu terdiam, mungkin kamu sedang menormalkan diri dari
keterkejutan tadi. "Ha ehmmm ini ma , sama dia. perkenalkan namanya Risa".
Wanita itu melihatku dengan seksama, lalu matanya menatap tajam leherku. Aku
tahu dan aku sadar bahwa dia sedang melihat icon ALLAH yang berlambang. Dia
hanya mengangguk lalu pergi dan berlalu.
Kamu menghidupkan Vespa mu untuk mengantarkan ku pulang. Kamu tersenyum tapi
tak banyak bicara karena aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu. Ku mengelus punggungmu lalu berbisik ,"kamu kenapa ? ayo cerita”. Dan kamu mengelus kembali tanganku dan
berkata "aku baik-baik saja". Sesampainya dirumah, kamu membuka helm ku
dan memeluk erat tubuhku. Hangat. Lalu ku katakan "jangan, aku sedang
puasa". Kamu tertawa kecil. Lalu hilang dan pergi begitu saja.
Setelah kejadian itu tak ku temui kabarmu. Tapi sesungguhnya aku tahu
jawaban dari setiap diam mu yaitu agama. Mengapa perbedaan memisahkan cinta? Padahal tidak ada yang salah selama kita saling
menghormati dan menghargai. Tapi aku paham, kamu tidak mampu melukai hati ibumu
demi cinta kita ..
Untuk Nasrani ku , aku cinta kamu