Sudah sekian lama aku memendam cinta . sudah
berjuta menit dan detik waktu ku habiskan untuk mengaguminya . Seoarang
laki-laki yang ditakdirkan oleh tuhan untuk singgah dihati sebentar lalu pergi
lagi . rasa itu menjalar dan mengarungi deras nya aliran darah di dalam tubuh .
rasa itu juga sudah mengotori sanubari . mengikat ku disatu sisi dimana aku
harus mencintai nya tanpa dicintai .
Aku merindukan canda-tawanya yang merenyahkan
gendang telinga . juga semua dongeng sebelum tidur yang menjadi penghias malam
. rindu itu tercipta begitu saja , tanpa ada perintah tanpa ada aturannya .
mengalir dan merusak system-sytem kekebalan hati . tapi rindu ini tak pernah
mati , walau raga nya menjauh , menghilang dan pergi .. dia tetap disini dihati
ini
Bisa dibilang aku sudah terlewat cinta . atau
malah terlewat menggilainya . Sejak pertama kali ku melihatnya disebuah pasar
malam , dia sendiri berjalan melihat-lihat sekeliling . sementara mata ku terus
tertuju padanya . mata itu tak dapat berhenti memperhatikan setiap detik
pergerakan tubuhnya . Tapi tiba-tiba gerak nya berhenti seperti mematung . Dia
berhenti dihadapan ku , tersenyum kecil . mungkin dia sudah menyadari kehadiran
ku yang mengganggu penglihatannya . Dia duduk di sebelah ku . tersenyum lalu
menghadap bintang . berharap bintang jatuh dan mimpi-mimpi akan jadi kenyataan
. wajah nya menengadah dan jari telunjuknya bergerak keangkasa , memperlihatkan
padaku indahnya malam itu seindah malam ku . Dia menatapku lekat-lekat ,
sesuatu membasahi wajahnya . cairan bewarna merah , kental dan mengalir diujung
hidung . Tanpa perintah dari otak sisi kanan , otot ku langsung bergerak mengambil
tisu dan membersihkan darah itu dari pipinya . lagi-lagi dia tersenyum ,
mengamati wajah ku yang penuh dengan kecemasan . “terima kasih.” Katanya lirih
tapi penuh arti . aku sempat binggung dan bertanya apa penyebab hidung tak
henti-henti mengeluarkan darah . dengan lembut dia berkata ,”gak apa-apa , udah
biasa .” dan dia tersenyum lagi . perasaan
ku melega tiap kali senyum itu merona dan menghancurkan sisa pertahanan di jiwa
. hembusan nafas itu juga tak seberat tadi , tapi kecemasan itu tentu saja
sudah tertuliskan di sudut hati terkecil .
ntaaah .... terlalu baku bila harus ku katakan ini cinta tatapan pertama , karena ini cinta karena semua mengalir apa adanya . Setiap malam dia mengunjungi ku di Kios malam milik ayah . perasaan cenat-cenut tentu saja sudah menggundah jiwa . mungkin chupid-chupid kecil sudah menembakkan panah asmara tepat dihatiku . lelaki itu selalu membawa ku bertemu bintang yang taburan dan bulan nan raksasa . tiada malam tanpa keindahan angkasa . sukma ku bagai dilambungkan dan di terbangkan begitu saja . tiba-tiba bintang jatuh dan matanya begerak tanpa kedipan . “mau minta apa ?” tanya ku halus . dia menunjuk dada yang menjadi singgasana hati tanpa ada yang memiliki . dia tersenyum dan pergi meninggalkan ku sendiri .
ntaaah .... terlalu baku bila harus ku katakan ini cinta tatapan pertama , karena ini cinta karena semua mengalir apa adanya . Setiap malam dia mengunjungi ku di Kios malam milik ayah . perasaan cenat-cenut tentu saja sudah menggundah jiwa . mungkin chupid-chupid kecil sudah menembakkan panah asmara tepat dihatiku . lelaki itu selalu membawa ku bertemu bintang yang taburan dan bulan nan raksasa . tiada malam tanpa keindahan angkasa . sukma ku bagai dilambungkan dan di terbangkan begitu saja . tiba-tiba bintang jatuh dan matanya begerak tanpa kedipan . “mau minta apa ?” tanya ku halus . dia menunjuk dada yang menjadi singgasana hati tanpa ada yang memiliki . dia tersenyum dan pergi meninggalkan ku sendiri .
Malam itu , langit di payungi oleh awan gelap dan tebal . bulan pun enggan keluar dan menampakkan cahaya nya sedikit saja . sedangkan bintang-bintang mungkin sedang bersembunyi ditengah kegelapan . Dia menggenggam erat tangan ku , bisa ku rasakan tangan nya sedingin salju . tapi entah mengapa , satu pertanyaan pun tak mampu ku keluarkan padahal sudah menyesakkan isi kepala . mungkin saja karena senyuman itu , yang membuat perasaan ku lega dan kecemasan itu hilang seketika . tiba-tiba kepalanya merebah kebahu ku . dia mempererat tangan ku dan jaket yang ia kenakan .
tubuhnya menggigil seketika dan cairan bewarna merah itu dengan deras mengalir membentuk warna-warni disekitaran jaket putihnya . satu tisu , dua tisu , 5 tisu sampai tisu dikotak itu habis . tapi cairan itu tak mau berlari dari hidungnya yang sudah dipenuhi merah-merah tak berarti . kepanikan itu sudah merasuk ke ubun-ubun kepala dan ku menatapnya “ayo kita kerumah sakit .” dia menggeleng dan senyumnya masih saja merona semanis mega . dia berbicara sambil berbisik malah setengah kata-katanya hilang diterpa angin “aku mau disini saja , menghabiskan malam ku bersama kamu , menghabiskan beberapa jam hidup ku lagi bersama kamu . aku bahagia bisa didekapmu , walau Cuma satu jam saja , bukan selamanya . terima kasih sudah menemani ku sepanjang waktu dan memperlihatkan bahwa malam tak pernah gelap , dia Cuma sedang bersembunyi disudut bumi . aku mencintai mu , bukan hanya hari ini tapi selamanya ” ku mencoba terlihat tegas didepan nya ,sekuat tenaga mata ini ku tahan untuk tidak mengeluarkan airmata tapi tetap tak bisa . dia menatap dan melihatku menangis terisak-isak lalu memeluk sebagian fikiran ku yang entah terbang kemana . jari-jarinya menghapus sisa-sisa airmataku dengan lembut dan dan setumpuk beban juga kekhawatiran yang mendalam . tapi malam itu bukan bulan juga bukan bintang , tapi malam dengan kegelapan menjadi saksi bahwa cinta tak pernah mati . bahwa memang sudah seharusnya manusia disatukan dan dipisahkan kedunia yang lebih baik dimasa depan . karena sepenuhnya hati , jiwa dan raga nya sudah diseret kepangkuan Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar